Disclaimer
disini saya tidak menjelekan suatu nama daerah, adat ataupun budaya, hanya
menceritakan apa yang pernah terjadi pada diri saya sendiri.
Dulu saya
pernah bekerja di salah satu perusahaan swasta di bali yang bergerak di bidang
retail.
Setelah
beberapa bulan menganggur betapa senangnya ketika saya mendapat sebuah telpon
masuk untuk melakukan sesi interview di hari berikutnya, Dan saya pun bergegas menyiapkan
semua dokumen yang dibutuhkan untuk besok.
Jam 08:00
pagi saya sampai di tempat tersebut, sebelum masuk ke area kantor, di parkiran
saya mencoba merapikan baju, rambut dan lainnya, Dari kejauhan di sudut pintu masuk saya
melihat seorang kakek kakek bertelanjang dada dengan menggunakan Kamen (
Sebutan sarung bahasa bali ) dengan motif catur.
|
KAMEN BALI |
Dalam perjalanan menuju gedung tersebut, saya memperhatikan kalau kakek tersebut terus memandangi saya sampai saya masuk kedalam gedungnya, Layaknya seseorang yang lebih muda dari beliau, Saya menundukan
kepala sambil terseyum kearahnya, Namun si kakek tidak membalas senyuman yang saya lontarkan kepadanya. Sempet berfikir " Sombong amat ".
Sebelum
saya masuk ke salah satu ruangan tempat saya interview saya melirik ke arah si
kakek tersebut. Dan ternyata si kakek sudah gak ada. Mungkin beliau sudah pergi
berjalan keluar.
Alhamdulillah
hari pertama interview saya di nyatakan lolos dan dapat segera bergabung di
perusahaan tersebut.
Karna
pada saat itu sedang di bangun kantor baru, jadi divisi tempat saya bekerja di
bagi kedalam 2 shift, pagi dan siang. Minggu pertama saya mendapatkan shift pagi mulai dari jam 9 sampai jam 5 sore.
Dalam 1
minggu saya melihat si kakek sebanyak 2 kali. Pertemuan kedua saya melihat si
kakek berjalan di koridor ruangan tempat kerja saya sambil membawa sebuah
keranjang berisi sesajen ( Canang Sari ).
|
CANA NG SARI |
Saya
sempat bertanya kepada salah satu senior disana, dan menanyakan si kakek itu
siapa ?. Namun senior saya bilang kalau selama ini gak ada kakek kakek di
perusahaan tersebut, Saya masih berfikir positif. Mungkin dia salah satu
sesepuh di perusahaan tersebut yang di tugaskan untuk sembahyang.
Di minggu
kedua tibalah saya masuk kerja pada shift 2 yang mana shift 2 ini di mulai pada jam 2 siang sampai 9 malam. Hari pertama shift 2 semua berjalan lancar. Di hari
kedua hal yang aneh mulai terjadi. Bau kemenyan serta bau melati menjelang malam tercium begitu menyengat. Masih berfikir positif mungkin itu bau dari canang
temen yang melakukan sembahyang tadi sore.
Sebelum
pulang saya menyempatkan untuk buang air kecil, setelah keluar dari toilet.
Saya melihat kembali kakek tersebut berdiri persis di depan pintu masuk seperti pada saat saya
interview beberapa 2 minggu lalu. Dia masih menatap saya dengan pandangan
kosong. Setelah saya masuk saya menanyakan kembali kepada team senior disana, dan
setelah itu kami berdua melihat keluar untuk memastikan. Kembali si kakek
tersebut sudah gak ada.
Berjalan
menuju pintu keluar di tempat si kakek berdiri tersebut bulu kuduk saya
merinding dan saya mencium bau kemenyan yang begitu tajam. Dan saya kembali
menanyakan kepada teman saya. " Kamu cium bau kemenyan gak sih barusan ? "
Dan jawabnynya " TIDAK" . mencoba untuk tetap positf thingking.
Di hari
ke 4 kebutulan pada saat itu adala malam kajeng kliwon. Suasana setelah magrib begitu gak biasa, Saya merasakan badan saya mulai gak enak dari mulai sakit kepala, mual, dan pundak terasa panas.
saya coba meminta minyak angin kepada teman saya, tapi sayang itu tidak membuat saya menjadi lebih baik.
Sekitar
jam 8.30 malam, saya melihat si kakek berjalan di koridor ruangan saya dan saya
langsung mencolek teman saya " Tuh lihat ada si kakek. Dan seperti biasanya
teman saya bilang kalau dia gak lihat apa apa, Ketika teman saya bilang kalau dia tidak melihat apa apa, sedangkan saya melihat jelas, saya semakin sadar kalau ada hal
yang aneh yang terjadi. Supaya suasana tetap aman, saya berkata dalam hati . " Siapaun kamu, disini saya tidak punya niat mengganggu, saya hanya
bekerja dan saya mohon untuk tidak ganggu saya ". Tiba tiba saya merasakan
seperti ada semilir angin yang lewat di telinga saya, Saya terkejut sehingga membuat
teman saya pun terkejut. " Kalau kamu sedang gak enak badan, lebih baik
besok jangan dulu masuk ". Tapi saya yakin kalau ini bukan karna efek gak
enak badan, tapi ini lebih ke sesuatu ada yang mencoba menggangu dan
berinteraksi dengan saya.
Akhirnya
jam pulangpun tiba. Sebelum kami pulang biasanya kami mematikan lampu ruangan,
dan kebetulan stop kontak ruangan kami berada di ujung dekat ruangan bos. Sesampainya disana Saya melihat sosok bayangan sedang duduk di ruangan tersebut. Sedangkan pada saat itu bos saya sudah pulang. Saya diam dan gak
menceritakan hal tersebut kepada temen saya.
Selang
beberapa hari akhirnya bangunan baru untuk divisi kita sudah selesai, dan kami
mulai merapikan untuk bergegas pindah ke ruangan tersebut sehingga tidak
akan ada 2 shift lagi. Hari pertama dan kedua semua berjalan lancar. Hari
ketiga keanehan mulai muncul lagi. Saya melihat si kakek tersebut berdiri
persis di sebelah pohon bunga jepun yang besar yang ada di halaman belakang
ruangan kami. Saya coba memalingkan pandangan saya dan tidak focus kepada hal tersebut dan selalu saya bilang dalam hati “ Saya mohon untuk tidak menggangu saya
“.
Pada hari keempat sesuatu hal yang menakutkan
terjadi, Setelah jam makan siang berakhir kami semua kembali ke ruangan masing
masing, Sebelum masuk ke ruangan saya pergi ke toilet terlebih dahulu. Pas
masuk pintu toilet wangi khas bunga jepun begitu menyengat dalam toilet
tersebut, Pundak saya berat banget seperti sedang ada tangan besar yang sedang memegang Pundak saya pada saat itu. Betapa kagetnya ketika saya berbalik ke
arah pintu keluar. Saya melihat sosok kakek tersebut berdiri persis di belakang pintu kamar mandir itu.
Seketika itu saya teriak dan langsung gak sadar. Informasi yang saya dapatkan
dari temen saya. Pada saat itu saya teriak teriak dan berbicara dengan Bahasa Bali yang halus dan lancar. Sedangkan saya tidak bisa berbicara
Bahasa bali. Teman saya mengatakan kalau pada saat itu saya bilang “ Saya suka
sama anak ini, saya gak mau dia pergi dari wilayah ini “. Entah berapa lama
saya gak sadar. Ketika saya sadar, saya sudah berada di sebuh masji. Saya di bawa oleh senior saya pada saat itu.
Sekitaran 2 hari saya gak masuk kerja. Saya pikir
semua hal aneh itu gak akan terjadi lagi. Ternyata tidak. Pada malam itu
kebetulan sedang hujan besar dan kosan saya sedang mati lampu dan hanya di
terangin oleh lampu layar HP yang saya mainkan. Tapi pada saat itu saya merasakan ada seseorang yang coba merhatikan saya dari tadi. Saya bergegas keluar untuk
pergi ke warung untuk beli beberapa lilin agar tidak terlalu gelap. Sepulangnya
dari warung saya mengobrol sebentar dengan ibu kost. Setelah itu sayapun kembali ke dalam kamar kosan dan saya menyalakan 1 lilin sebagai alat penerangan
pada waktu itu.
Entahlah karna angin yang besar dan lupa saya kunci tiba tiba pintu kamar kosan saya terbuka kencang dan
membuat lilin yang tadi saya nyalakan seketika mati. Saya pun menutup pintu dan
saya coba nyalakan lilin itu kembali. Betapa kagetnya ketika pada saat saya
menyalakan lilin, Saya melihat sosok tinggi besar persis sedang berdiri di depan
saya. Badannya begitu besar sampai mencapai atap kamar kosan saya. Seketika
saya teriak, tetangga dan ibu kosan saya langsung datang ke arah
kamar saya. Saya bilang kalau barusan saya lihat sosok tinggi besar sedang
berdiri di depan saya. Karna pada saat itu saya gak berani tidur sendiri,
akhirnya saya menginap di tetangga kos saya. Saya menceritakan kepada temen kos
saya, kalau beberapa minggu ini saya di ganggu sama mahluk yang tidak
terlihat oleh mata, Saya cerita Panjang lebar sampai akhirnya teman saya
bilang. Kalau sosok kakek yang saya lihat itu adalah Penunggu Karang. Apa itu
Penunggu Karang. ? kalian boleh search aja di google ya.
Karna saya sudah merasa tidak nyaman akan hal itu,
akhirnya saya memutukan untuk tidak melanjutkan kerja di perusahaan tersebut.
Dan seperti apa yang sudah saya perkirakan, saya kira
setelah saya resign dari perusahaan tersebut, hal hal aneh tersebut berhenti kepada saya, tapi ternyata tidak. Malah saya semakin sensitif terkait hal hal ghaib.